Sindikat Penipuan Asmara Batam Media Batam



Sindikat Penipuan Asmara Batam


www.tribunbatam.my.id - Polda Kepri | Kabid Humas Polda Kepri, Kombes Zahwani Pandra Arsyad, mengatakan pihaknya telah menangkap 83 pria dan lima perempuan di Kompleks Cammo Industrial Park kota Batam, Kepulauan Riau, pada Selasa (29/08) pukul 14:30.

Adapun penggerebekan tersebut dilakukan atas permintaan dari pihak Kementerian Keamanan Publik Cina yang menemukan indikasi kejahatan love scamming alias penipuan asmara dari wilayah Indonesia.


"Penipuan berbau seks melalui daring itu banyak menimpa warga masyarakat yang ada di RRC.

Tentu permintaan itu ditindaklanjuti dan kita bekerja sama Polri dengan kepolisian China MPS (Ministry of Public Security),"ungkap Pandra.

Arsyad me jelaskan Penipuan Asmara itu di lancar dengan metode live streaming service.

Siapa korban sindikat penipuan asmara?.


Berdasarkan hasil penyelidikan, Pandra dapat memastikan bahwa sebagian besar dari korban merupakan warga negara China dan tidak ada korban warga negara Indonesia yang ikut terjerat.

Hal itu, menurut Pandra, akibat para pelaku tidak bisa berbahasa Inggris maupun Indonesia.

Oleh karena itu, ia para pelaku akan segera dideportasi ke negara asal mereka secara bertahap.

Mengapa Batam dipilih sebagai lokasi untuk beraksi?

Sebanyak 88 warga negara China itu telah berada di Batam selama satu tahun terakhir dengan mengantongi visa pengunjung.

Pihak kepolisian menduga bahwa mereka memilih Batam karena merupakan lokasi strategis untuk melarikan diri jika skema mereka terbongkar.

“Karena Kepulauan Riau itu 96% itu adalah berbentuk daerah lautan atau perairan. Yang kedua, 4% itu baru darat, mereka mempermudah, mereka sengaja lebih senang di wilayah perairan ini untuk mempermudah mereka apabila mereka akan kabur, itu pertimbangannya,” ungkapnya.

“Sudah fix [dideportasi], dan kemarin sudah diserah terima berkas perkara dari Kepolisian Negara Indonesia sebagai jurisdiksi Indonesia kepada pihak RRC melalui kepolisian,” tutur Pandra

Dalam modus tersebut, para pelaku berpura-pura memiliki ketertarikan seksual pada korban saat melakukan video call.

“Kelima perempuan itu dijadikan seorang yang dieksploitasi untuk melakukan sex-tortion. Kemudian laki-laki yang 83 lainnya berperan untuk membuat suatu narasi-narasi yang nantinya akan menjebak korban.

“Kemudian nanti ada kelompok lain lagi yang melakukan pemerasan kepada korban. Mereka berkelompok dan mengejar target,” kata Pandra.

Love scamming pertama kali menargetkan perorangan di China sekitar 2017. Sejak saat itu operasinya makin mendunia dengan temuan korban di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.

Pihak berwenang di China telah menindak skema siber melalui pembatasan online, tapi operasi penipuan ini telah bermunculan di seluruh Asia Tenggara, terutama Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand dan Filipina.

Baru-baru ini, jaringannya berkembang di luar Asia, merambah ke Uni Emirat Arab dan Georgia.

TerPopuler